Cara Menghitung Valuasi Startup Tahap Awal: Pengertian, Faktor, dan Metode

0
127

Cara Menghitung Valuasi Startup – Kamu pernah mendengar istilah unicorn, sebutan untuk startup dengan valuasi di atas US$1 miliar (lebih dari Rp15 triliun)? Pertanyaan selanjutnya: Apa sebenarnya pengertian dari valuasi startup? Bagaimana cara menghitungnya?

Cara Menghitung Valuasi Startup Tahap Awal

Pengertian valuasi startup

Valuasi adalah nilai ekonomi sebuah bisnis. Apabila sebuah perusahaan mempunyai valuasi Rp1 triliun, maka siapa pun yang ingin mengakuisisi penuh perusahaan tersebut harus mempersiapkan uang minimal Rp1 triliun. Angka valuasi biasanya dijadikan acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis perusahaan.

Sebagai founder startup, kamu perlu menghitung valuasi demi menentukan persentase saham yang akan diberikan kepada investor saat pendanaan.

Valuasi juga penting untuk menentukan harga jual startup ketika merger, atau ada perusahaan lain yang tertarik mengakuisisi perusahaan rintisan milikmu.

Perbedaan valuasi startup dan bisnis konvensional

Metode perhitungan valuasi startup serupa dengan bisnis konvensional. Namun, karena startup tahap awal biasanya belum punya pemasukan atau keuntungan (yang kerap menjadi dasar perhitungan valuasi), maka perlu ada sedikit penyesuaian.

Untuk menghitung valuasi perusahaan konvensional, hal-hal berikut biasanya ikut dipertimbangkan:

  1. Nilai perusahaan di bursa saham (market cap).
  2. Nilai dari jenis saham lain yang dimiliki perusahaan (misal: saham preferen, minority interest).
  3. Utang perusahaan.
  4. Uang tunai yang dimiliki perusahaan.

Dari variabel-variabel tersebut, valuasi perusahaan bisa didapat dengan rumus:

Valuasi = (Nilai Saham + Utang) – Uang Tunai

Bagaimana dengan startup yang belum mempunyai pendapatan dan laba? Biasanya, founder ataupun calon investor akan mempertimbangkan hal-hal berikut:

  1. Jumlah dan nominal transaksi.
  2. Jumlah pengguna.
  3. Teknologi produk.
  4. Kualitas tim.
  5. Kompetitor.

Perbedaan valuasi pre-money dan post-money

Dalam perhitungan valuasi startup ada dua istilah penting yang harus kamu pahami: pre-money dan post-money. Valuasi pre-money adalah harga sebuah startup sebelum mendapatkan investasi, dan post-money yaitu nilai startup setelah investasi terjadi.

Berikut contoh sederhana untuk memahami perbedaan pre-money dan post-money:

Cara Menghitung Valuasi Startup Tahap Awal

Lalu bagaimana apabila sebuah startup telah mempunyai beberapa investor dan hendak mendapat pendanaan baru? Bagaimana cara menghitung persentase sahamnya?

Untuk itu, kamu harus menemukan jumlah unit saham baru yang harus diterbitkan dengan rumus berikut:

Contoh perhitungan dilusi saham berdasarkan valuasi startup

Dilusi adalah penyusutan persentase kepemilikan saham suatu pihak karena penerbitan saham baru.

Berikut contoh perhitungan valuasi post-money dan kepemilikan saham setelah investasi tahap awal (seed funding):

Misalkan setelah itu startup di atas mendapatkan pendanaan Seri A, maka

  • valuasi post-money dari pendanaan tahap awal di atas menjadi valuasi pre-money untuk pendanaan Seri A; kemudian
  • unit saham yang sebelumnya 100 bertambah menjadi 117.

Berikut contoh perhitungan kepemilikan saham bagi founder dan masing-masing investor:

Jenis saham yang bisa diberikan oleh founder kepada investor ada bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:

  1. Common stock (saham umum): Jenis saham paling umum. Pemilik saham ini mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan dan bisa ikut mendapat pembagian dividen.
  2. Preferred stock (saham preferen): Pemiliknya akan mendapat hak-hak khusus yang tidak diperoleh pemegang saham biasa. Hak khusus tersebut bisa berupa prioritas untuk mendapatkan uangnya kembali ketika perusahaan bangkrut dan harus menjual aset, atau mendapat prioritas menerima dividen. Pemilik saham preferen biasanya tidak mempunyai hak suara untuk menentukan kebijakan perusahaan.

Meski baru mendapat pendanaan Rp20 miliar (Rp6 miliar saat seed funding dan Rp14 miliar saat Seri A), sebuah startup bisa mempunyai valuasi post-money Rp55 miliar. Nilai valuasi cenderung lebih besar dibanding jumlah pendanaan.

Jumlah pendanaan seperti debit air, sedangkan valuasi adalah volume bejana yang menampungnya. Apabila ada penambahan air (pendanaan), maka volume air di dalam bejana (valuasi) semakin penuh.

Situasi tersebut membuat kapasitas bejana tidak lagi representatif sehingga harus diganti (penghitungan valuasi kembali). Itulah mengapa biasanya penambahan nilai valuasi terjadi ketika ada pendanaan baru yang didapat startup.

Tentukan valuasi atau nominal pendanaan dahulu?

Menurut beberapa pakar, founder startup lebih baik fokus pada apa yang terbaik untuk bisnisnya saat ini dan menghitung berapa pendanaan yang perlu ia dapatkan. Valuasi startup seharusnya hanya dianggap sebagai hasil perhitungan pendanaan yang dibutuhkan.

Berikut beberapa hal yang harus kamu perhatikan dalam menentukan nominal target pendanaan:

  1. Memperkirakan waktu yang harus dilalui sampai sebuah startup bisa mendapatkan pendanaan berikutnya. Untuk startup tahap awal biasanya berkisar antara 12-18 bulan.
  2. Dalam rentang waktu tersebut, kamu harus bisa mengembangkan sejumlah metrik penting (key metric) seperti jumlah pengguna dan transaksi yang berulang (repeat transaction).
  3. Menghitung berapa uang yang akan dihabiskan dalam jangka waktu tersebut. Sebuah startup biasanya akan menghabiskan dana besar untuk investasi pada karyawan dan teknologi.
  4. Menyesuaikan agar valuasi nanti tidak berbeda jauh dengan nilai startup lain.

Cara menghitung valuasi pre-money startup tahap awal

Ada dua jenis perhitungan untuk menentukan valuasi pre-money:

  1. Menggunakan metodologi, seperti discounted cash flowcomparable, dan berkus (akan dijelaskan di bawah).
  2. Tanpa metodologi, atau kerap disebut pricingFounder hanya perlu menghitung jumlah pendanaan diperlukan, saham yang rela diberikan, lalu bernegosiasi dengan calon investor.

Kebanyakan founder dan investor startup tahap awal di Indonesia menggunakan teknik pricing dalam menentukan valuasi.

Hal ini terjadi karena, perusahaan modal ventura (VC) yang biasa memberi pendanaan bagi startup kerap mengincar keuntungan dari penjualan kembali saham miliknya. VC cenderung memperkirakan berapa harga jual yang tepat untuk startup terkait di kemudian hari.

Hal ini berbeda dengan investor konvensional yang biasanya memberikan pendanaan kepada perusahaan untuk meraih keuntungan dari pembagian laba (dividen).

“Penentuan valuasi untuk startup lebih seperti seni (art) dibanding sains,” kata seorang investor dari perusahaan modal ventura kepada Tech in Asia Indonesia. Untuk memberikan acuan dalam menentukan harga yang pantas, VC biasanya menggunakan metode-metode penentuan valuasi yang ada.

Perbedaan perhitungan valuasi startup berbagai fase

  1. Tahap awal
    • Pada tahap ini kamu bisa mendapat pendanaan awal (seed funding) dari inkubator, angel investor, atau perusahaan modal ventura (VC).
    • VC di Indonesia biasanya menggunakan metode comparablemultiple, atau menentukan valuasi berdasarkan fase perkembangan startup di tahap ini. Beberapa VC ada yang menggunakan lebih dari satu metode, lalu mencari rata-rata valuasi yang dihasilkan.
    • Kualitas tim merupakan sesuatu yang penting di tahap ini. Founder berlatarbelakang dan memiliki pengalaman yang baik berpotensi mendapatkan pendanaan dan valuasi lebih besar.
    • Biasanya startup memberikan sekitar 10-15 persen saham kepada investor. Namun, ada juga startup yang setelah bernegosiasi bisa hanya memberikan 5-10 persen saham, atau justru memberikan efek di atas 15 persen.
    • Beberapa VC juga cenderung memilih opsi obligasi konvertibel (convertible note) di tahap ini. Obligasi konvertibel merupakan utang yang bisa dikonversi menjadi kepemilikan saham dalam jangka waktu tertentu (biasanya ketika startup mendapat pendanaan lanjutan).
    • Apabila startup yang memberi obligasi konvertibel gagal mendapat pendanaan lanjutan, perusahaan harus mengembalikan utang beserta bunganya. Sebenarnya VC tidak terlalu menginginkan hal tersebut, karena keuntungan dari bunga terlalu kecil untuk model bisnisnya. Pada umumnya, VC akan tetap mengubah pendanaannya menjadi saham dan membantu startup tersebut mendapat pendanaan lanjutan.
    • Bila VC menerima tawaran obligasi konvertibel, kamu tidak perlu menentukan valuasi pada saat itu. Kamu baru harus menentukan valuasi ketika mendapat pendanaan selanjutnya.
  1. Tahap berkembang
    • Pada tahap ini, kamu bisa mendapat pendanaan Seri A, Seri B, dan selanjutnya dari investor.
    • Karena di tahap ini startup biasanya sudah mempunyai pendapatan atau pengguna dengan jumlah cukup banyak, VC bisa lebih bebas menggunakan beberapa metode, seperti comparable, multiple, discounted cash flowatau venture capital method.
  1. Tahap exit
    • Pada tahap ini, kamu bisa mempertimbangkan antara opsi melakukan mergerdiakuisisi perusahaan lain, atau masuk bursa saham. Beberapa founder dan investor bisa melakukan exit tanpa menerima uang, namun mereka justru menerima sebagian saham dari perusahaan yang mengakuisisi (seperti terjadi antara Uber dan Grab di Asia Tenggara).
    • Apabila ada perusahaan yang ingin mengakuisisi untuk selanjutnya menjalankan bisnis tersebut, kamu bisa menentukan valuasi atau harga jual dengan metode comparable dan discounted cash flow.
    • Apabila ada perusahaan yang ingin melakukan akuisisi karena tim kamu (acqui-hiredan akan menutup layanan tersebut setelah akuisisi, pihak tersebut biasanya akan membayar sesuai jumlah tim yang akan dipertahankan.

11 cara menghitung valuasi startup

Terdapat 11 cara untuk menentukan valuasi startup. Berikut daftarnya:

  1. Comparable transaction
  2. Multiple
  3. Discounted cash flow
  4. Venture capital (waterfall)
  5. Penentuan berdasarkan fase
  6. First Chicago
  7. Berkus
  8. Risk factor summation (RFS)
  9. Scorecard
  10. Cost to duplicate
  11. Metode perhitungan aset

Temukan juga template spreadsheet untuk menghitung valuasi startup yang bisa kamu salin di sini.

Berikut penjelasan untuk setiap metode:

Comparable transaction

Metode Comparable bisa digunakan startup yang belum ataupun sudah memperoleh pendapatan. Dengan metode ini, kamu bisa mendapatkan valuasi untuk startup dengan membandingkan beberapa metrik, antara lain:

  • Gross Merchandise Value (GMV),
  • jumlah pendapatan,
  • pendapatan bulanan yang berulang (monthly recurring revenue) untuk startup Software as a Service (SaaS), serta
  • jumlah pengguna aktif mingguan untuk aplikasi mobile.

Sebagai contoh, sebuah startup dengan jumlah pengguna aktif 10 juta orang baru diakuisisi perusahaan lain seharga Rp100 miliar. Apabila kamu memiliki startup serupa dengan 2 juta pengguna aktif, maka kamu bisa mengatakan bahwa valuasi startup milikmu adalah Rp20 miliar.

Untuk mendapatkan valuasi startup lain, kamu bisa melihat data yang disebutkan di media meskipun hal ini jarang terjadi. Atau, apabila perusahaan yang kamu jadikan acuan telah masuk bursa saham, maka lihatlah market cap entitas terkait.

Contoh penerapan metode comparable

Multiple

Metode Multiple sebenarnya serupa dengan comparable. Bedanya, di metode ini kamu tidak perlu mencari data startup lain, namun hanya perlu mencari faktor pengali (multiple) yang biasa digunakan dalam bisnis perusahaanmu. Contoh penggunaan metode multiple dari beberapa industri bisa kamu lihat di sini.

Contoh penerapan metode multiple

Sebuah startup bergerak di industri e-commerce. Karena itu, startup tersebut mendapatkan angka multiple sesuai industrinya dan melakukan perhitungan seperti terlampir

Ketiga hasil valuasi tersebut dirata-rata hingga didapatkan angka valuasi Rp20,2 miliar.

Discounted cash flow

Discounted Cash Flow (DCF) adalah metode yang memperkirakan valuasi perusahaan berdasarkan prediksi arus kas masuk dan keluar di sebuah startup dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Dari sana, kita bisa menghitung berapa keuntungan yang akan didapat startup tersebut, misalnya, pada tahun ketiga.

Karena pengaruh inflasi, nilai uang akan terdepresiasi. Itulah mengapa jumlah keuntungan tersebut harus dikurangi tingkat inflasi. Selain itu, angka tersebut juga harus dikurangi risiko kegagalan perusahaan mencapai arus kas diharapkan.

Metode ini lebih cocok untuk perusahaan besar yang telah melantai dan punya laporan keuangan terbuka. Metode ini tidak cocok untuk startup dengan risiko kegagalan tinggi dan belum meraih keuntungan, namun bisa digunakan perusahaan konvensional kecil dengan kondisi keuangan lebih terprediksi.

Contoh penerapan metode DCF

Sebelum memulai, kamu harus mengetahui terlebih dahulu istilah-istilah berikut:

  • Discount rate (r): Angka yang menunjukkan depresiasi mata uang, serta persentase keuntungan yang ingin didapatkan investor. Angka ini harus dimasukkan ke dalam rumus untuk mendapatkan nilai DCF.
  • Terminal value: Nilai yang menunjukkan total keuntungan perusahaan setelah melewati periode yang masuk proyeksi DCF. Biasanya diasumsikan, setelah melewati periode yang masuk dalam proyeksi DCF maka pertumbuhan keuntungan perusahaan akan relatif stagnan.

Venture capital (waterfall)

Metode ini merupakan cara perhitungan valuasi dari sudut pandang VC. Karena itu, metode ini membutuhkan data-data berikut:

  1. Target keuntungan yang ingin didapat VC.
  2. Berapa perkiraan nilai jual perusahaan dalam waktu beberapa tahun ke depan.

Contoh penerapan metode Venture Capital

Penentuan valuasi berdasarkan fase

Demi memudahkan penentuan valuasi, beberapa angel investor dan perusahaan modal ventura lebih memilih langsung menentukan kisaran valuasi di setiap tahap perkembangan startup. Semakin jauh perkembangan startup, berarti risiko investasi di perusahaan rintisan terkait akan semakin kecil, sehingga sang investor bisa menentukan valuasi lebih besar.

Sebagai contoh, angel investor dan VC bisa membuat panduan seperti berikut:

  • Startup dalam tahap pengembangan ide = valuasinya Rp3,5 miliar-Rp7 miliar
  • Startup dengan ide dan rencana bisnis menarik = valuasinya Rp7 miliar-Rp14 miliar
  • Startup dengan tim founder berpengalaman = valuasinya Rp14 miliar-Rp28 miliar
  • Startup yang memiliki prototipe produk = valuasinya Rp28 miliar-Rp56 miliar
  • Startup yang telah menjalin kerja sama strategis untuk mendapatkan pengguna = valuasinya Rp56 miliar lebih.

First Chicago

First Chicago adalah metode yang berusaha menganalisis setiap kemungkinan yang terjadi di masa depan sebuah startup, mulai dari situasi terburuk, normal, dan terbaik. Untuk setiap situasi tersebut, kita harus menghitung valuasi dengan berbagai metode yang telah disebutkan di atas.

Contoh penerapan metode First Chicago

Berkus

Metode yang didesain angel investor bernama Dave Berkus ini merupakan cara paling sederhana dalam menentukan valuasi sebuah startup. Cara ini cocok untuk startup yang memenuhi kriteria berikut:

  1. Sama sekali belum menerima pendapatan.
  2. Bisa mendapat pendapatan tahunan di atas US$20 juta (sekitar Rp306 miliar) pada tahun kelima.

Kamu hanya perlu menentukan valuasi dari lima hal penting dalam perkembangan startup berikut:

  1. Ide dasar.
  2. Teknologi.
  3. Kualitas tim.
  4. Kerja sama strategis yang telah didapat.
  5. Cara penjualan.

Sebagai patokan, Berkus menetapkan nilai maksimal setiap variabel di atas tidak boleh melebihi angka US$500.000 (sekitar Rp7,6 miliar).

Contoh penerapan metode Berkus

Menurut Berkus, angka yang ia tetapkan bisa saja diubah, tergantung industri dan lokasi startup terkait berada. Karena itu, kamu bisa menyesuaikan valuasi yang kamu tetapkan dengan rata-rata valuasi untuk startup tahap awal di Indonesia.

Kamu pun bisa mengubah variabel-variabel yang digunakan. Contoh, apabila startup kamu bergerak di industri kesehatan dan finansial, mungkin kamu bisa mengganti kategori “kerja sama strategis” dengan “izin dari regulator”.

Risk factor summation (RFS)

Serupa dengan metode Berkus, RFS juga cocok untuk startup yang belum memperoleh pendapatan. Namun, untuk menggunakan metode ini kamu harus lebih dulu mengetahui rata-rata valuasi dari startup serupa.

Setelah itu, kamu harus membandingkan dua belas faktor risiko berikut:

  1. Risiko manajemen.
  2. Risiko kematangan bisnis.
  3. Risiko politik.
  4. Risiko pembuatan produk.
  5. Risiko penjualan produk.
  6. Risiko pendanaan.
  7. Risiko kompetisi.
  8. Risiko teknologi.
  9. Risiko hukum.
  10. Risiko ekspansi internasional.
  11. Risiko reputasi perusahaan.
  12. Kemungkinan exit (diakuisisi perusahaan lain).

Kamu harus menunjukkan posisi startup-mu bila dibandingkan perusahaan lain berdasarkan 12 parameter di atas. Semua pengaruh tersebut nantinya harus dimaknai secara finansial, guna menentukan valuasi startup kamu.

Contoh penerapan metode RFS

Scorecard

Metode Scorecard sebenarnya serupa dengan metode RFS, namun cara yang kerap disebut “metode Bill Payne” ini menggunakan variabel penilaian lebih sedikit. Masing-masing variabel juga diberikan bobot, berdasarkan seberapa penting perannya dalam perkembangan startup.

Ada tujuh variabel yang harus kamu tentukan dengan metode ini.

  1. Kualitas tim (bobot 30 persen).
  2. Peluang pasar (bobot 25 persen).
  3. Kualitas produk (bobot 15 persen).
  4. Sarana penjualan (bobot 10 persen).
  5. Kematangan bisnis (bobot 10 persen).
  6. Kebutuhan untuk pendanaan selanjutnya (bobot 5 persen).
  7. Masukan pengguna/faktor lain (bobot 5 persen).

Hasil perhitungan dari setiap variabel tersebut dibandingkan dengan rata-rata valuasi startup tahap awal lain yang menjalankan bisnis serupa serta berada di lokasi sama.

Contoh penerapan metode Scorecard

Cost to duplicate

Metode ini berusaha menghitung valuasi startup dari biaya yang dibutuhkan apabila kamu ingin membuat perusahaan rintisan serupa. Karena itu, metode ini akan memperhitungkan:

  • nilai aset yang dimiliki sebuah startup, dan
  • Jam kerja para developer startup tersebut untuk mendesain dan membuat produk.

Kekurangan utama metode ini adalah: hanya memperhitungkan kondisi startup di masa sekarang, dan bukan di masa depan. Cara ini biasanya hanya digunakan untuk menentukan valuasi minimal startup.

Perhitungan berdasarkan aset (Book value, liquidation value)

Ada juga metode bernama Book value yang menentukan valuasi dengan cara menghitung nilai aset yang kamu miliki, seperti gedung, furnitur, dan perangkat elektronik.

Selain itu, ada metode Liquidation value yang menghitung nilai aset apabila startup kamu tiba-tiba bangkrut dan harus menjual aset tersebut. Valuasi perusahaan jika dihitung memakai metode Liquidation value jelas akan lebih kecil dibanding Book value, karena harga aset yang harus dijual cepat ketika startup bangkrut tentu lebih kecil dibanding saat normal.

Namun, karena mayoritas startup merupakan perusahaan teknologi yang tidak mempunyai banyak aset, kedua metode ini tidak cocok digunakan perusahaan rintisan.

TERKAIT: Startup-Startup Ini Berupaya Atasi Polusi Udara Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here